Minggu, 29 Juli 2012

RUTE PENDAKIAN GUNUNG RINJANI

Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mempunyai 4 pintu jalur pendakian yaitu jalur Senaru, Torean, Sembalun, dan Timbanuh. Jalur Senaru dan Sembalun merupakan jalur yang paling populer, sedangkan jalur Timbanuh merupakan jalur muda. Jalur Senaru dan Sembalun juga merupakan jalur ramai dalam musim-musim pendakian sekitar Mei-Oktober. Jalur Senaru Aksesibilitas : kendaraan umum dari Mataram-Anyar Bayan-Senaru. Jalur pendakian Senaru merupakan pintu pendakian barat. Jalur pendakian Senaru selain sebagai jalur wisata treking juga kerap dipergunakan sebagai jalur pendakian oleh masyarakat adat Sasak yang akan melakukan ritual adat atau masyarakat umat Hindu yang akan melakukan ritual keagamaan Mulam Pakelem di Puncak Rinjani atau Danau Segara Anak. Rute perjalanan adalah Jebak gawah (Pintu masuk TNGR, 3 km jalan kaki dari pos RTC/pos karcis masuk) Km 0 – Pos I (Km 1) – Pos Antara Mondokan Bonjeruk Km 2,4 – Pos II Montong Satas Km 3,5 – Pos III Mondokan Malokaq Km 6 –Pos Cemara Lima Km 7 – Ce m ara Lima Km 7 – Danau Segara Anak Km 11, dengan berjalan kaki memakan waktu 10 – 12 jam melalui trail wisata yang berada dalam hutan prime r. Di sepanjang pos tadi disediakan tempat untuk istirahat dan jika beruntung sumber air tersedia di Pos II dan III. Karakteristik jalur Senaru adalah te rjal, anda akan “dipaksa” untuk naik sampai Plawangan dengan kondisi medan yang curam. Beruntungnya anda berada dalam hutan primer yang masih terjaga keutuhan ekosistemnya sehingga kondisi yang terjal akan sedikit terobati dengan sejuk dan murninya udara pegunungan. Anda akan merasakan beda kesejukan setelah pos III untuk sampai ke Plawangan akan melewati savana dengan pemandangan lanskap yang menakjubkan. Dari Danau Segara Anak bila anda ingin melanjutkan perjalanan ke Puncak Gunung Rinjani anda harus menuju ke pelawangan sembalun dengan jarak tempuh ± 4 jam, dari pelawangan ke puncak rinjani membutuhkan waktu 4 – 5 jam. Pendakian ke puncak umumnya dilakukan pada pukul 02 dinihari, ini dimaksudkan agar pada pagi harinya pendaki dapat menikmati matahari terbit (Sunrise) dari puncak Rinjani serta dapat menikmati pemandangan seluruh pulau Lombok bahkan pulau Bali apabila cuaca cerah. Jalur Sembalun Aksesibilitas : kendaraan umum dari Mataram – Aikmel – Sembalun Lawang (kendaraan umum dari Aikmel-Sembalun Lawang hanya pagi hari – siang). Jalur Sembalun populer di antara pendaki yang ingin langsung menuju Puncak Rinjani. Rute perjalanan adalah Pos I Pemantauan – P os II Tengengean – Pos III Padabalong – Plawangan Km 10,5 – Puncak Rinjani memakan waktu 9 – 10 jam. Fasilitas peristirahatan ada di setiap pos, ketersediaan air ada di pos II dan III. Karakteristik jalur Sembalun tidak seterjal jalur Senaru, tetapi karena didominasi oleh savana sampai pos III menjadikan perjalanan anda bermandikan keringat oleh teriknya sinar matahari yang menyengat. Kondisi itu akan terobati manakala anda sudah berada jauh di atas, pemandangan lanskap yang menakjubkan lebih terbuka dibandingkan jalur Senaru. Akan terlihat selat dan Pulau Sumbawa di kejauhan, akan lebih terobati ketika sampai di Puncak Rinjani, puncak gunung tertinggi ketiga setelah Cartenz dan Kerinci. Jalur Timbanuh Aksesibilitas : Mataram – Masbagik – Timbanuh desa Pengadangan (kendaraan umum hanya dari Mataram – Masbagik) Jalur pendakian Timbanuh merupakan jalur pendakian muda yang baru dibuka sehingga fasilitas dan pengelolaannya belum se lengkap ja lur Senaru atau Sembalun. Pendakian melalui jalur Timbanuh hanya direkomendasikan sampai Plawangan Cemara Rompes, perjalanan ke danau tidak direkomendasikan karena kondisi jalur ekstrim dan belum ada penataan untuk keselamatan pengunjung. Jalur Timbanuh mempunyai karakteristik berupa pemandangan, panorama alam, tantangan yang mungkin disarankan hanya untuk pendaki yang bukan pemula, karena dibandingkan jalur senaru atau Sembalun jalur ini lebih berberbobot tetapi menyuguhkan keunikan dan kekhasan baik flora, fauna, ekosistem maupun trekking trailnya. Rute perjalanan adalah pintu gerbang desa Jati – Pos I Kokok Blimbing – Pos II Pancor Tayib – Pos III Momot Yamin – Pos IV Cemara Rompes memakan waktu 8 – 10 jam. Kelebihan jalur ini adalah ketersediaan sumber air yang cukup banyak dan sungai yang ada sepanjang tahun. Jalur Torean Aksesibilitas : Mataram – Anyar – Torean desa Loloan (kendaraan umum hanya dari Mataram – Anyar). Jalur pendakian Torean hanya dikenal bagi para pendaki lokal yang ingin melakukan ritual adat atau keagamaan di Danau Segara Anak. Dibandingkan jalur lainnya, sebenarnya jalur mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki jalur lain. Pendakian melalui jalur Torean merupakan pendakian melewati lembah dan punggung menuju Danau Segara Anak. Dibandingkan jalur lain jalur ini tidak terlalu curam, hanya saja kanan atau kiri trail merupakan jurang sehingga perlu ekstra hati-hati. Obyek yang bisa diamati sepanjang perjalanan seperti Air Terjun Penimbungan, Air Terjun Pancor Mas, Gua Susu dengan kolam hangatnya, Air Terjun Panas-Dingin serta menyebrang sungai Kokok Putiq merupakan pengalaman menarik tersendiri. Rute perjalanan adalah Jebak gawah (batas kawasan TNGR) – Pos I Birisan Nangka Greneng – Mondokan Rei Paok Tampol – Plawangan Penimbungan – Plawangan Propok – Joplo Julat – Sungai Kokok Putiq – Pancor Mas – Gua Susu – Danau Segara Anak memakan waktu 9 – 10 jam. Patuhi etika pendakian, selamat mendaki. DILARANG MENINGGALKAN APAPUN KECUALI JEJAK, dan DILARANG MENGAMBIL APAPUN KECUALI GAMBAR. ( JAGA SELALU BUMI KITA ) SALAM LESTARI

RUTE PENDAKIAN GUNUNG SEMERU

Rute Pendakian Gunung Semeru Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru termasuk dalam 4 (empat) wilayah Kabupaten, yaitu Kab. Proholinggo, Kab. Pasuruan, Kab. Malang dan Kab. Lumajang. Kawasan ini banyak dikenal oleh wisatawan asing maupun do­mestik, terutama kawasan Bromo. Untuk menuju G. Bromo dari arah Pasuruan: Dari Surabaya kita naik bus jurusan Probolinggo dan turun di Pasuruan. Selanjutnya naik Colt jurusan Tosari – Wonokitri. Di sini kita dapat bermalam di hotel atau losmen atau dapat juga langsung meneruskan perjalanan menuju G. Penanjakan, atau masuk ke lautan Pasir dan menuju puncak G. Bromo.
G. Penanjakan merupakan titik pandang terbaik ke arah kawasan G. Bromo, dimana Kawah Bromo nampak sebagai suatu panorama yang amat eksotis, dengan kepulan asap dan warna-warni punggungan bukit bekas lelehan lava belerang disekitarnva dan hamparan padang pasir mengelilinginva. Disini pemandangan matahari terbitpun nampak lebih indah dengan puncak G. Semeru sebagai latarnya.
Bila dari arah Probolinggo, kita naik Colt atau bis jurusan Sukapura terus Ngadisari. Dari Ngadisari naik kendaraan/berjalan kaki menuju Cemoro Lawang sejauh 3 Km. Di Cemoro Lawang kita dapat bermalam di hotel maupun losmen atau di rumah-rumah penduduk. Besok pagi-pagi sekali kita dapat melanjutkan perjalanan ke kawah G. Bromo yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki maupun naik kuda sewa, untuk menyaksikan panorama matahari terbit. Masyarakat sekitar G. Bromo yaitu masyarakat Tengger mempunyai upacara tradisi tahunan yaitu upacara melempar sesaji pada tengah malam (tepat pkl. 24.00 WIB), yang disebut dengan upacara “Kasodo”. Upacana adat Tengger ini, biasanya sangat meriah dan sering dihadiri oleh pejabat-pejahat tinggi serta masyarakat Indonesia lainnya juga para turis asing yang jumlahnya mencapai puluhan ribu pengunjung. Suhu di kawasan Bromo ini antara 5 – 14 C. Dan padang pasir Bromo kita dapat naik ke G. Batok, G. Kursi, maupun G. Pananjakan. Di kawasan G. Bromo ini banyak dijumpai panorama yang sangat menakjubkan. Untuk menuju Gunung yang tertinggi di Pulau Jawa yaitu G. Semeru ( 3.676 m)~ paling mudah dicapai adalah dari arah Malang dengan naik Colt jurusan Tumpang, kemudian menuju desa Ranupane (2.200 m) dengan melewati desa Gubug Klakah (1.100 m) dan Ngadas (2.000 m) dengan Truk atau Jeep ongkosnya Rp. 6.000 sampai Rp. 10.000,- per onang (tahun 1999). Desa Ranupane (2.100 m) adalah desa terakhir dan tempat pemeriksaan serta pos untuk melapor bagi para pendaki untuk naik, dan juga terdapat pondok pendaki untuk bermalam dan beristirahat. Ranu Pane mempunyai penduduk sekitar 60 orang yang merupakan perkampungan kecil, pekerjaan mereka pada umumnya bertani sayur-sayuran. Selain terdapat Ranu (danau) Pane, disebelahnya tendapat ranu lagi yang namanya Ranu Regulo. Perjalanan ke Puncak G. Semeru dimulai dan desa Ranupane menuju Ranu Kumbolo pagi harinya pukul 7.00 melalui jalan setapak, jaraknya 13 Km., tidak terlalu terjal dengan memakan waktu sekitan 3-4 jam perjalanan. Di Ranu Kumbolo ada Pondok Pendaki untuk istinahat dan memasak. Daerah ini airnya inelimpah dan berada pada ketinggian 2.400 m dari permukaan laut. Ranu Kumbolo memiliki pemandangan yang sangat indah terlebih pada pagi hari bila kita dapat melihat matahani terbit dari celah-celah bukit. Dari Ranu Kumbolo perjalanan dilanjutkan menuju Kalimati (2.700 m) melalui hutan cemara dimana kadang kita jumpai burung dan kijang. Penjalanan ini ditempuh 2 – 3 jam / 10 Km. Disini kita dapat mendirikan tenda, dan apabila kita membutuhkan air dapat menuju Sumbermani, kearah barat menelusuni pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh perjalanan 1 jam pulang pergi. Tetapi dianjurkan kehutuhan air telah dipersiapkan di Ranu Kumbolo. Sebenarnya kita dapat juga berkemah di Ancopodo 1 jam perjalanan dari Kalimati ke arah puncak G. Semeiru. tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering tenjadi tanah longsor di kawasan tersebut. Dari Kalimati biasanya para pendaki memulai pendakian menuju puncak pagi-pagi sekali, yaitu sekitar pukul 2 – 3 pagi dengan melalui hutan cemara 1 jam dan bukit pasir selama 2 – 3 jam untuk sampai di puncaknya, dengan keadaan jalan yang terjal menanjak. Puncak Semeru yang biasa didaki adalah Puncak “Mahameru”. Dari puncak ini akan terlihat kawah yang disebut “Jonggring Saloko” dan yang uniknya setiap 10-15 menit sekali menyemburkan batuan vulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi. Suhu di puncak Mahameru dingin sekali yaitu 0-4 C yang kadang-kadang berkabut tebal disertai badai angin. Pada saat badai dianjurkan untuk menunda pendakian ke puncak. Panorama dari Puncak Mahameru tak akan pernah terlupakan indahnya, dimana terlihat puncak-puncak gunung di Jawa Timur, pesisir dan pantai, serta matahani terbit di ufuk timur.
Mendaki G. Semeru sebaiknva dimusim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juni, Juli, Agustus dan September. Pendaki juga dianjurkan untuk tidak mendaki pada musim hujan di bulan Januani dan Februari, dimana sering terjadi badai dan tanah longsor. Dari puncak turun kembali ke kemah (Kalimati) dibutuhkan waktu 1 jam, dan 3 jam untuk sampai di Ranu Kumbolo dan diperlukan 3 jam lagi untuk mencapai Ranu Pane. Bila sampai di Ranu Pane menjelang sore, kalau ada mobil kita bisa terus turun ke Gubug Klakah atau ke Tumpang, atau kita bisa bermalam di Ranu Pane dan besok paginya kita dapat turun kembali ke Tumpang.